Minggu, 04 September 2011

BERBURU ILMU DI NEGERI PAGODA


Siang menjelang sore. Angin barat mulai berdendang menyambut rembulan yang akan menghiasi langit angkasa. Segera saya hijrah menuju kampus tercinta besama saudara seperjuagan yang selalu menyokongku saat diri limbung tak berdaya, membersamai saat kebahagiaan ada, menasihati saat jiwa mulai rapuh karna lalai. Walau mendung  telah menggantung di pelataran langit, siap menurunkan massanya ke bumi, tetapi Sang Pencipta hujan masih menahannya sehingga kami dapat segera sampai tempat yang telah dijanjikan.
Siang itu, saya bertemu dengan seseorang yang baru saja mendapat amanah sebagai gubernur Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Peternakan (Fapet) periode 2010/ 2011. Beliau adalah Tian Jihadhan Wankar. Manusia biasa yang memiliki pengalaman yang luar biasa. Seseorang yang suka dipanggil Tian oleh orang-orang sekelilingnya ini rupanya mempunyai rumus jitu untuk menjadi luar biasa yaitu selalu ingin menjadi pribadi yang bermanfaat bagi orang lain, karena menurutnya, manusia yang paling baik adalah manusia yang bermanfaat bagi orang lain. Lantas apakah yang membuatnya luar biasa? Begini ceritanya. Gubernur BEM yang berada di dunia sejak 21 Desember 1989 di Solo ini mulai merintis kepiawaiannya dalam berorganisasi sejak tahun pertama setelah menyandang sebagai mahasiswa Fapet UGM. Pak Tian berperan aktif di BEM fapet dan Keluarga Muslim Fakultas Peternakan. Dengan segala kesibukan yang dilakukan, beliau tetap mampu mempertahankan sisi akademiknya. Karena tepatnya satu pekan sebelum Ramadhan 1431 H pak Tian mampu menjadi salah satu dari 7 peserta yang terbang ke Thailand sebagai student exchange disana. Dua peserta dari fapet UGM sedang sisanya mahasiswa yang berasal dari Taiwan.
Bermula dari tawaran Pak Dekan tentang adanya student exchange ke Thailand. Maka dengan segera Pak Tian menyiapkan segala persyaratan yang diminta dari kegiatan tersebut. Mulai dari surat lamaran, Kartu Hasil Studi (KHS), sertifikat TOEFL. Setelah siap semua, segera dikirimkan ke panitia. Ternyata lolos seleksi administrasi sehingga ada tes wawancara dengan bahasa Inggris. Peserta yang lolos sebanyak 8 mahasiswa dari angkatan 2009-2007. Tentu jika kali ini lolos sebagai duta yang mewakili ke Thailand, maka perlu biaya yang tidak sedikit. Untuk itu, Pak Tian mengajukan proposal ke universitas, fakultas, maupun swasta, salah satunya perusahaan suatu majalah tingkat nasional. Hal ini guna memenuhi biaya perjalanan berangkat dan pulang karena selama disana mendapat uang saku sebesar 1,8 juta per bulan. Sedangkan untuk biaya penginapan dan transportasi tak perlu dirisaukan karena Maeju University, Chiangmai sudah menyiapkan asrama dan meminjamkan sepeda sebagai sarana transportasinya. Dan pengumuman yang ditunggu tiba, sesuai yang diharapankan, Pak Tian lolos seleksi menjadi peserta student exchange ke Thailand. Di sis lain, proposal yang diajukan juga lolos yaitu proposal yang ditujukan ke swasta.
Setelah mengurus segala perlengkapan seperti paspor dan tiket. Lalu segeralah meluncur ke negeri Pagoda melalui bandara Juanda. Berbeda kondisi dengan tanah air, di Thailand mayorita penduduknya bukan muslim. Hal ini menimbulkan beberapa catatan khusus untuk segera dicari solusinya yaitu masalah tempat untuk beribadah dan makanan halal. Karena daging babi disana bagai daging ayam di Indonesia. Kalau tidak jeli, bisa jadi nanti mengkonsumsi daging babi. Beruntunglah, hari kedua, Pak Tian menemukan tempat warung makan muslim. melihat hal tersebut, segera Pak Tian menanyakan masjid atau minimal mushola, yang dapat digunakan untuk beribadah. Kemudian bapak pemilik warung itu menjelaskan dengan bahasa Inggris meski terbata-bata. Beliau menunjukkan sebuah tempat kesekretariatan semacam SKI kalau di UGM. subhanallah, disana pun ada penjagaannya. Sayangnya mereka kurang pandai dalam berbahasa Inggris saat Pak Tian mencoba berkomunikasi dengan mereka. Namun diluar dugaan, ketidaksengajaan menggunakan bahasa Indonesia membuka dinding tebal yang membatasi kedua keduanya. Ternyata penduduk muslim kebanyakan berasal dari Thailand selatan sehingga mereka paham sedikit bahasa Melayu karena letak geografis mereka yang berbatasan langsung dengan Malaysia. Dalam komunitas tersebut, mahasiswa muslim dibiasakan untuk semacam infak sebesar 20 bath yang jika dirupiahkan sebesar kurang lebih enam ribu rupiah yang digunakan untuk keperluan makan. Hal ini brtujuan untuk menjaga keamanan makanan yang dikonsumsi.
Pak Tian menuntut ilmu disana selama 8 pekan. Pada dua pekan pertama diisi dengan perkenalan kampus dan mempelajari babi, mulai bayi itu dalam kandungan sampai melahirkan. Dua pekan berikutnya mempelajari unggas. Lalu dua pekan selanjutnya mempelajari beaf dan dairy. Sedang dua pekan terakhir kunjungan ke rumah potong babi dan dilanjutkan dengan jalan-jalan.
Universitas disana memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihannya yaitu lulusan seperti S1 di Indonesia sudah dapat terjun langsung ke dunia peternakan karena kurikulum mereka lebih spesifik dan pembelajarannya terintegrasi dimana banyak praktikum yang terjun langsung ke peternakan-tidak di laboratorium. Selain itu setiap mahasiswa, misal fakultas peternakan, mereka memiliki dua pilihan yaitu harus magang di perusahaan selama 4 bulan atau research. untuk alat-alat laboratorium mereka lebih canggih dibanding Indonesia karena biaya pendidikan mereka lebih besar daripada Indonesia yang katanya 20% tetapi tak jua kunjung terpenuhi. Lalu mengenai waktu lulusannya, semua mahasiswa akan lulus selama 4 tahun. Kekompakkan tinggi karena ditahun pertama, mahasiswa harus tinggal di asrama.
Sedang kekurangannya yaitu walaupun mereka memiliki peralatan yang canggih, tetapi masih lengkap Indonesia. Selain itu adab yang berbeda dengan Indonesia, antara lain, semua mahasiswa putri wajib memakai rok, ini bagus, tapi sayangnya semakin tingkat atas rok mahasiswa juga tak mau ketinggalan meninggi, berbanding lurus dengan lama mereka menuntut ilmu. Ini tentu tidak ada diaturan dikampus mereka, aturannya hanya harus memakai rok, tapi karena pengaruh pergaulan yang bebas maka terjadilah seperti itu. Lalu, konsumsi minuman beralkhohol sudah menjadi hal yang wajar dikalangan mereka. Hubungan putra putri tidak ada batasannya.
Dengan segala kelebihan dan kekurangan disana, kita dapat bercermin lalu segera berbenah diri. Tentu bagi Pak Tian, memiliki rasa tersendiri dapat merasakan hadits nabi saw yaitu tuntutlah ilmu hingga negri China. Memang setelah dua bulan d Thailand, bahasa Inggris Pak Tian lebih lancer. Selain itu, lebih supel dan tambah jaringannya Karen disana banyak bertemu dengan orang-orang baru. Tak ketinggalan, tak hanya ilmu saja yang didapat, tetapi juga dapat jalan-jalan ke Malaysia dan Bangkok.
Pak Tian berpesan kepada mahasiswa yang ingin seperti beliau atau bahkan lebih luar biasa mimpinya, yaitu untuk meraih mimpi itu dengan niat kuat, ikhtiar tiada jemu, dan tawakal dengan kerendaha kepada Allah sang Pemilik alam semesta, yang mengatur jagad raya ini tanpa kelalaian sedikit pun. Jika ingin menjadi student exchange dapat diikhtiarkan dengan memperlancar berbahasa Inggris, rajin mencari informasi terkini tentang student exchange. Untuk menjaga mimpimu dapat dengan menuliskannya di kamar atau tempat yang sering dilihat saat di rumah.
Tak terasa hari kian sore. Gemerincing air hujan menari diatas tanah yang sudah lama merindukannya. Teryata sang awan telah diijinkan-Nya untuk menurunkan massanya, menyirami bumi. Lalu kami pun pulang ke asrama tercinta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar