Minggu, 30 Januari 2011

tentang qt . .

Sejak pertama bersua dengan beastudi etos, hati ini terkait kuat padanya. Bak bumi yang terkena gaya gravitasi matahari. Mereka masing-masing mempunyai gaya gravitasi tetapi Allah mengijinkan matahari memiliki gravitasi lebih besar disbanding bumi. Begitu pula etos. Gaya tariknya begitu besar. Diawali saat diberi tahu oleh salah seorang etoser dilanjutkan dengan pemberian brosur ditindaklanjuti dengan langkahku untuk sesegera mungkin memenuhi syarat administrasi yang diminta. Etos bak oase yang muncul di buana gersang. Member kabargembira untuk tetap bertahan menguatkan cita yang mulai rapuh karena tembok tebal yang tinggi menjulang setia menjadi pembatas. Namun Allah sayang padaku, masih menjaga asa dalam jiwa menguat seiring berjalannya masa. Tak ada alasan untuk menyerah kalah pada keadaan, tertunduk sayu pada jiwa yang rapuh. Untuk itu tak boleh terus diam menunggu nasib berubah, perlu usaha untuk mengubahnya. Seperti kereta api yang berjalan diatas rel, memiliki banyak jalur rel yang memiliki tujuan masing-masing. Begitu pula nasib-takdir kita. Allah telah menyiapkan jalur-jalur takdir untuk kita. Tinggal kita mau tidak untuk memainkan gaya agar jalur yang kurang baik dapat berganti dengan jalur yang lebih baik. Jika kita hendak mengubah jalur takdir yang lain, maka membutuhkan usaha, bertindak secara konkrit.
 Dalam hidup ini, banyak orang tahu apa yang harus dilakukan tetapi hanya sedikit yang melakukan apa yang ia ketahui. Mengetahui tidaklah cukup, Anda harus bertindak (Anthony Robbins)
            Senang menyebut etos jogja, mengingat istimewa daerahnya, makanannya, bahasanya, pun orang-orangnya. Apakah yang menyebabkan Jogja istimewa? Karena doa orang-orang dan tentu dengan ijin Allah, maka jadilah Jogja istimewa. Entah karena di jogja banyak pelajar, banyak kendaraan bermotor, banyak kos-kosan, banyak tempat-tempat bersejarah, banyak pengemis, banyak sekolah, banyak gelandangan, banyak mall, banyak club, banyak universitas, itu semua tidaklah penting. Tentu dalam sejarah, jogja turut andil dalam memperjuangkan bangsa Indonesia hingga dapat berdaulat seperti sekarang. Pertama kali yang mengakui Indonesia sebagai sebuah negaraadalah jogja. Jogja memang istimewa. Begitu pula etosernya. Padahal sekarang ini di jogja ada 45 etoser. Coba dibayangkan jika setiap etoser itu pasti memiliki celupan warna masing-masing yang akan mewarnai jogja hingga lebih istimewa, lebih bermanfaat. Untuk mengintegrasikan keistimewaan tersebut perlu usaha yang lebih agar dapat memperoleh hasil yang optimal.
Masa begitu berbahaya. Ia bagai pedang yang dapat menghunus manusia jika tak dapat menjaganya. Ia senang jika manusia itu melupakannya. Ia begitu penting dan berbahaya. Sekarang, tanpa terasa sudah 2011. Sudahkah anda sadar? 2011 merupakan tahun yang istimewa untuk etos jogja karena menjadi tuan rumah Temu Etos Nasional (TENS). Untuk pertama kali nya TENS diadakan untuk diluar Bogor maupun Jakarta. Perdana ini menjadi pemantik semangat menuju perubahan kearah lebih baik. Seiring bertambah waktu perlu ada lompatan yang akan menjadi akselerasi setiap individu. Seperti ayat ayat Allah Q. S Al-‘asr ayat 1-3 yang berbunyi demi masa.  sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian. kecuali orang-orang yang beriman dan beramal shalih, dan saling berpesan dengan kebenaran dan saling berpesan dengan kebenaran dan saling berpesan dengan kesabaran. Agar kita tidak di umat yang merugi, maka perhatikan waktu. Pergunakan waktu dengan amal sholih dan saling menasihati dalam kebenaran. Dengan begitu, kita tak akan membiarkan waktu terbuang sia-sia, tak ada makna. Namun kita akan terus memaknai, memperbaiki diri, bermuhasabah menuju kesempurnaan penghambaan pada-Nya.
            Tahun baru, semangat baru tuk gapai berbagai asa yang terukir dalam kalbu. Sudah saatnya mengenali diri, menggali dan terus menggali potensi diri agar dapat mengoptimalkan ikhtiar. Berfokus pada kelebihan yang ada, sampingkan kekurangan. Agar ia tak menjadi batu sandungan di jalan ini. agar lebih cepat sampai tujuan. Agar tak tersesat. Namun bukan berarti kita harus membenci kekurangan yang ada pada diri kita. Karena fitrohnya, manusia itu memiliki kekurangan dan kelebihan. Tak ada yang sempurna melainkan Allah, Rabb semesta alam.
            Setiap peran memiliki konsekuensi. Baik waktu, pikiran, maupun fisik. Tanpa paksaan. Setiap perbuatan yang dilakukan adalah wujud syukur kepada Rabb. Entah sadar atau tidak tentang syukur sendiri masih sering terlalaikan. Sederhana saja. Kita malas berolahraga. Padahal kita sudah diberi kesempurnaan raga, kesehatan jasad, ketajaman akal, kedamaian jiwa. Namun sesuatu yang nyaman itu kadang melenakan. Untuk itu pentinglah saling menasihati dalam kebaikan dan kesabaran. Sabar disaat diberi kesusahan. Syukur dikala dianugerahi kenikmatan. Menjadi etoser merupakan anugerah yang patut disyukuri. Tentu syukur tak hanya dalam hati. Menurut Ibnu Qayim, tanda-tanda syukur itu ada tiga macam yaitu terlihat tanda-tanda Allah dari lisan; terlihat tanda-tanda Allah di hatinya, terlihat tanda-tanda Allah pada organ tubuhnya. Jadi syukur itu dirasakan dalam hati, diucapkan dilisan, dilakukan dengan perbuatan. Syukur atas setiap peran tuk meraih ridho-Nya.