Kamis, 09 Desember 2010

COKELAT, TAK SEKEDAR NIKMAT

Tak dapat dipungkuri, cokelat masih digemari di kalangan masyarakat. Anak-anak, remaja, dewasa, orang tua, bahkan lanjut usia. Untuk segi kegunaannya pun sangat fleksible. Cokelat dapat diolah menjadi berbagai bentuk makanan, dipadukan dengan bahan makanan lain sebagai produk olahan yang memberi  kesan segar di dunia kuliner. Ia bak oase di padang buana yang gersang. Namun tahukah anda berasal dari apa cokelat itu hingga akhirnya dapat dengan mudah dinikmati. Serta berbagai manfaat bagi pengkonsumsinya
Cokelat atau kakao berasal dari Amazon atau Orinoco, Amerika Selatan kira-kira 4000 tahun yang lalu. Pohon kakao pertama dikenal dengan sebutan kakawa yaitu bahasa yang digunakan suku Olmec, suku yang berasal dari teluk Meksiko. Pengenalan kakao di Asia pertama kali di mulai dengan dibawanya pohon kakao pertama kali ke Indonesia tepatnya di Pulau Sulawesi dari Caracas, Venezuela pada 1560. Sejak Revolusi Industri pada awal tahun 1700, mulailah pengolahan cokelat secara mekanik dan dipasarkan pada publik dengan harga yang terjangkau. Tahun 1875, Daniel Peter dan Henri Nestle mencampurkan cokelat dengan susu bubuk dan batangan cokelat susu untuk pertama kalinya.
Berdasarkan kandungannya, cokelat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu cokelat compound dan cokelat couverture (real chocolate). Cokelat compound merupakan cokelat campuran dari cocoa powder, cocoa butter substitute (palm oil atau vegetable fat) dan pemanis. Sedang cocoa couverture terbuat dari 32%-39% cocoa butter, cocoa liquor (sari biji kakao), cocoa solid. Semakin tinggi kadar cocoa liquor, maka semakin tinggi pula rasa pahit yang didapat.
Buah cokelat terdiri dari kulit, daging, dan biji. Sedang yang biasa di konsumsi masyarakat selama ini adalah bagian bijinya. Biji buah cokelat diolah sedemikian rupa hingga menjadi cokelat siap konsumsi yang sudah manis karena cokelat yang asli rasanya pahit.
Di sisi lain, daging buah cokelat dulu belum diolah menjadi bahan pangan. Padahal jenis buah cokelat di Indonesia memiliki daging buah yang tebal dibanding buah cokelat  produk negara lain sehingga kalau tidak dimanfaatkan sangatlah merugi. Namun seiring berjalanannya waktu, masalah ini mulai teratasi, salah satunya diolah menjadi sirup.
Kegunaan cokelat yaitu selain rasanya yang lezat, cokelat juga dapat memberikan ketenangan pada orang yang mengkonsumsinya. Cokelat mengandung zat-zat yang dapat merangsang aktifnya serotonin di otak yang selanjutnya akan memicu perasaan nyaman pada seseorang. Sedang kandungan zat yang terbanyak dalam cokelat  adalah theobromine yang dapat menstimulasi jaringan saraf dan jantung yang membuat kita terjaga dan semangat. Oleh karena itu, cokelat banyak diolah sebagai makanan yang selalu menarik perhatian masyarakat. Bukan saja makanan cemilan anak kecil, namun makanan orang dewasa karena kondisi orang dewasa yang cenderung lebih beresiko untuk mengalami stres. Misalnya, dengan menikmati secangkir coklat panas saat sedang merasa penat, akan melegakan perasaan.

Senin, 29 November 2010

sego segawe, sudahkah?

Jogjakarta merupakan kota yang memiliki seribu julukan. Kota pelajar, kota budaya, kota seniman, kota gudheg, kota wisata, bahkan kota sepeda karena memang dulu banyak masyarakat Jogja yang berlalu lalang di jalan dengan sepeda. Namun kini masihkah Jogja menyandang semua predikat itu, terutama Jogja sebagai kota sepeda. Lain dulu lain sekarang. Kini Jogja menjadi kota berpolusi akibat kendaraan bermotor yang tiap detiknya memadati jalanan kota Jogja. Kemacetan pun kian hari merajalela di setiap sudut kota. Disisi lain, Pemerintah kota Jogja pun tak mau berpangku tangan melihat demikian. Dicanangkanlah program SEGO SEGAWE sepeda kanggo sekolah  lan nyambut gawe. Namun niat baik tak selamanya mendapat tanggapan yang baik pula. Ternyata masyarakat belum dapat diajak untuk naik ke tangga kemuliaan. Gaya hidup masyarakat yang serba instan membuat masyarakat tak ingin “berlama-lama” menikmati nikmatnya indah perjalanan dengan “kereta angin”.
Namun bukan hanya masyarakat yang bersalah. Pemerintah juga belum optimal dalam menjalankan programnya. Jaminan pemerintah dalam sisi keselamatan belum optimal. Kurangnya sosialisasi savety dalam bersepeda di jalan raya. Alih-alih pemerintah membagikan helm sepeda untuk keseTak ada jaminan yang melindungi pengguna sepeda. Padahal para pengguna kendaraan bermotor, baik sepeda motor, mobil, truk, maupun bus sebagian besar sudah tak memiliki etika dalam berkendaraan. Apalagi kalau harus menyebrang jalan raya harus menunngu sampai sepi.
Pemberian jatah tempat di jalan raya untuk pengendara sepeda dirasa masih jauh dari cukup. Sebaiknya pengguna sepeda mendapat jatah jalan raya yang lebih besar daripada yang sekarang. Mungkin para mahasiswa yang ngekosnya dekat kampus dianjurkan untuk bersepeda minimal 3 kali setiap pekan. Selain itu jalur sepeda berada di sebelah kanan karena jika tetap berada disebelah kiri, pengguna akan kesulitan untuk menyeberang jalan raya. Dengan berada di bagian tengah, maka tak perlu lagi berkeringat masyarakat untuk menunggu jalan yang ‘sepi’.
Selain itu, walaupun belum lama ini di tiap pertigaan atau perempatan ada tempat khusus sebagai tempat pengguna sepeda untuk berhenti menunggu hingga lampui merah. Efektifkah itu? Pada kenyataannya para pengguna sepeda tak selau berada di awal saat lampu ‘bangjo’ berganti warna menjadi merah. Sehingga mereka yang di akhir-akhir kesulitan untuk mendapatkan haknya berada di tempat khusus sepeda berhenti.
Ironinya, masih ada diskriminasi untuk pengguna sepeda. Misalnya di Malioboro atau tempat umum lainnya belum menyediakan area parker khusus yang layak untuk sepeda. Bahkan mungkin ada yang tidak menyediakan,. Sehingga pengendara sepeda mengalami kuang nyaman untuk bepergian dengan sepeda.
Memang serentetan masalah tersebut masih menjadi momok yang selalu menghantui pengendara sepeda di kota Jogja. Namun tak ada salahnya untuk mencoba menjadi pelopor untuk perubahan yang lebih baik. Menyelamatkan bumi dari ancaman polusi. Semoga dengan niat baik pemerintah membuka cakrawala peradaban masyarakat.